"Kita dikelilingi oleh kematian. Ketika kita melintasi padang rumput kehidupan, kematian bersembunyi di mana-mana – di sebelah belakang, di kiri, di kanan, di depan, di mana pun di tengah rumput yang bergoyang-goyang.
Sebelumnya saya melihat kematian hanya ada di sana dan di sini. Cahaya terlalu terang. Di sini dalam cahaya yang redup, kematian menampakkan dirinya: guru, rekan kerja, anak-anak dari teman-teman, bibi, paman, ibu, ayah, para komponis yang musiknya saya dengar, para pemazmur yang perkataannya saya kutip, para filsuf yang tulisannya saya baca, para tukang kayu yang rumah buatannya kini saya tempati.
Semua yang ada di sekitar saya merupakan jejak dan kenangan akan orang-orang yang telah meninggal. Kita hidup di tengah orang-orang yang telah mati higga kita sendiri bergabung dengan mereka". –Nicholas Wolterstorff, Ratapan bagi Seorang Putra
Sebelumnya saya melihat kematian hanya ada di sana dan di sini. Cahaya terlalu terang. Di sini dalam cahaya yang redup, kematian menampakkan dirinya: guru, rekan kerja, anak-anak dari teman-teman, bibi, paman, ibu, ayah, para komponis yang musiknya saya dengar, para pemazmur yang perkataannya saya kutip, para filsuf yang tulisannya saya baca, para tukang kayu yang rumah buatannya kini saya tempati.
Semua yang ada di sekitar saya merupakan jejak dan kenangan akan orang-orang yang telah meninggal. Kita hidup di tengah orang-orang yang telah mati higga kita sendiri bergabung dengan mereka". –Nicholas Wolterstorff, Ratapan bagi Seorang Putra
Comments
Post a Comment