“Ketika Anda mendalami semua kata yang digunakan untuk ibadah baik dalam PL dan PB, dan ketika Anda menggabungkan artinya, Anda menemukan bahwa ibadah melibatkan sikap (kagum, hormat, menghargai) dan tindakan (sujud, memuji, melayani). Ini adalah pengalaman subjektif dan aktivitas objektif. Ibadah bukanlah perasaan yang tak terekspresikan, juga bukan formalitas kosong. Ibadah sejati keseimbangan yang melibatkan pikiran, emosi, dan kehendak (the will). Ia itu harus dipikirkan dengan baik; ia itu harus menjangkau jauh ke dalam hati dan dimotivasi oleh kasih; dan itu harus membawa kita pada tindakan ketaatan untuk memuliakan Tuhan." ~Warren Wiersbe, dalam Real Worship: Playground, Battleground, or Holy Ground?
"Aku memohon kepada-Mu, Allahku, izinkan aku mengenal dan mencintai-Mu sehingga aku berbahagia didalam Engkau. Dan meskipun aku tidak bisa melakukan ini secara lengkap dalam hidup ini, izinkan aku memperbaiki diri hari demi hari sampai aku dapat melakukannya dengan seutuhnya. Izinkan aku mengenal-Mu lebih dan lebih dalam kehidupan ini, sehingga aku dapat mengenal-Mu secara sempurna di surga O Allah yang benar, izinkan aku menerima kebahagiaan di surga,yang Engkau janjikan sehingga kebahagianku menjadi sempurna. Sementara ini, biarkan pikiranku memikirkannya, biarkan lidahku membicarakannya, biarkan hatiku merindukannya, biarkan mulutku mengatakannya, biarkan jiwaku merasa lapar setelahnya, biarkan dagingku merasa haus setelahnya, biarkan keseluruhan keberadaanku merindukannya, sampai waktunya tiba aku masuk melalui kematian ke dalam kegembiraan Tuhan-ku, yang berlanjut selamanya, dalam dunia tanpa akhir. Amin." (St Agustinus dari Hippo, 354-430)
Comments
Post a Comment